Thursday, August 18, 2011

DOA DAN FIRMAN ALLAH (II)

“Beberapa tahun lalu, seorang pria sedang mengembara di belantara Kentucky. Ia membawa sejumlah besar uang dan lengkap bersenjata. Ia menumpang di pondokan kayu semalam, namun sangat risau melihat rupa sangar orang-orang yang datang pergi ke penginapan ini. Ia lekas melepas lelah tapi tidak tidur. Di tengah malam ia dengar anjing-anjing menggonggong dengan buas dan ada suara seseorang masuk ke kabin. Mengintip lewat celah tembok kayu kamarnya, ia lihat seorang asing dengan pistol di tangannya. Yang lain duduk dekat perapian. Sang pengembara ini menyimpulkan bahwa mereka berencana merampoknya, maka ia bersiap melindungi dirinya dan hartanya. Tak lama kemudian, sang pendatang baru ini mengambil Alkitab, membaca satu pasal dengan keras, kemudian berlutut dan berdoa. Sang pengembara menyingkirkan rasa takutnya, meletakkan dan menyimpan pistolnya, berbaring tidur dengan damai sampai fajar menyingsing. Dan semua karena sebuah Alkitab ada di kabin, dan pemiliknya adalah manusia doa.” --   REV. F. F. SHOUP
DOA sangat menentukan kesuksesan kotbah Firman. Hal ini, Paulus ajar dengan jelas dalam permohonannya yang khas dan yang mendesak ke jemaat Tesalonika :
Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan. 2 Tesalonika 3:1
Doa membuka jalan untuk Firman Allah berlari tanpa halangan atau hambatan, dan menciptakan atmosfer yang kondusif bagi Firman mencapai tujuannya. Doa menaruh roda di bawah Firman Allah, dan memberi sayap ke malaikat Tuhan yang “padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum.” (Wahyu 14:6) Doa sangat membantu Firman Tuhan.

Perumpamaan seorang penabur adalah pelajaran berharga tentang berkotbah, yang menunjukkan hasilnya yang berbeda-beda dan menelaah keragaman pendengar. Pendengar pinggir jalan sangatlah banyak jumlahnya (legion). Tanah menjadi terbengkalai entah oleh pikiran atau doa yang terdahulu; Akibatnya, iblis dengan mudah mengambil benih (yang adalah Firman Allah) dan menghambat semua impresi baik, dan menyebabkan pekerjaan sang penabur jadi sia-sia. Tak ada yang langsung percaya bahwa banyak usaha menabur Firman di masa kini akan tidak berbuah kecuali para pendengar mau menyiapkan tanah hati mereka jauh sebelumnya dengan doa dan perenungan.

Serupa dengan pendengar tanah berbatu dan pendengar semak berduri. Meskipun Firman tinggal di dalam hati mereka dan mulai bertunas, toh semuanya lenyap, terutama karena tidak ada doa atau kewaspadaan atau kultivasi sesudahnya. Pendengar tanah yang baik diuntungkan oleh penaburan Firman, benar-benar karena pikiran mereka telah disiapkan untuk menjamu benih itu, dan juga setelah mendengarnya, mereka mengkultivasi benih yang ditabur di hati mereka, dengan berdoa. Semua ini memberi titik berat istimewa pada kesimpulan perumpamaan impresif ini: “Camkanlah, karena itu, apa yang kau dengar!” (Markus 4:24—KJV) Dan agar kita dapat mencamkan apa yang kita dengar, maka kita perlu memberi diri kita secara kontinu berdoa.

Kita mesti percaya bahwa yang mendasari Firman Allah adalah doa, dan di atas doa, kesuksesan finalnya bergantung. Di kitab Yesaya, kita membaca :
Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. Yesaya 55:11
Di Mazmur 19, Daud memagnifikasi Firman Allah dalam enam pernyataan mengenaiNya. Firman Allah menyegarkan jiwa, memberi hikmat pada orang yang tak berpengalaman, membuat orang mengerti, tetap ada untuk selamanya, benar dan adil semuanya. Firman Allah sempurna, pasti, benar, murni. Ia menyelidiki hati, dan di saat yang sama menyucikan, itu efeknya. Tidak heran oleh karena itu, setelah menimbang kedalaman spiritualitas Firman Allah, kuasaNya menyelidiki kodrat bagian dalam manusia dan kemurnianNya yang dalam, pemazmur wajib menutup disertasinya dengan penggalan Firman ini :
 “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan?” Lalu berdoa begini: “Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar. Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.” Mazmur 19:13-15
Yakobus mengenali spiritualitas yang dalam dari Firman, dan kuasa intrinsikNya yang menyelamatkan, di nasihat berikut :    
Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Yakobus 1:21
Dan Petrus juga menyampaikan hal yang sama, sewaktu mengkaji kuasa menyelamatkan dari Firman Allah:
Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. 1 Petrus 1:23

Tidak hanya Petrus berbicara tentang kelahiran kembali, oleh benih Firman Allah yang tidak fana, tetapi juga ia memberi tahu kita bahwa supaya bisa bertumbuh dalam kasih karunia, kita harus sama seperti bayi yang baru lahir, yang berhasrat atau disokong oleh “air susu Firman” 1 Petrus 2:2—KJV

Kendati demikian, bukan berarti bahwa kata-kata harafiah belaka yang muncul di dalam Alkitab punya di dalamnya satupun efek menyelamatkan. Tetapi Firman Allah, ingatlah selalu, diresapi dengan Roh Kudus. Dan seperti halnya ada unsur Ilahi di dalam kata-kata Kitab Suci, maka juga unsur Ilahi yang samapun ditemukan di semua kotbah sejati Firman yang sanggup menyelamatkan dan menyegarkan jiwa.

Doa tanpa terkecuali memperanakkan kasih akan Firman Allah, dan mengeset orang-orang untuk membacanya. Doa memimpin orang-orang untuk menaati Firman Allah, dan menaruh ke dalam hati yang taat, suatu sukacita tak terkatakan. (1 Petrus 1:8) Pendoa dan pembaca Alkitab adalah sejenis. Allahnya Alkitab dan Allahnya doa adalah satu kesatuan. Allah berbicara ke manusia lewat Alkitab; manusia berbicara ke Allah lewat doa. Seseorang membaca Alkitab untuk mengetahui kehendak Allah; ia berdoa agar ia dapat menerima kuasa melakukan kehendakNya itu. Membaca Alkitab dan berdoa adalah ciri khas mereka yang berjuang keras mengenal Allah dan menyenangkanNya. Dan persis seperti doa memperanakkan kasih akan Firman Allah dan mengeset orang-orang untuk membaca Alkitab, maka, jugalah doa menyebabkan pria dan wanita mengunjungi rumah Allah, mendengar Kitab Suci dipaparkan. Rasa “senang ke gereja” sangat erat hubungannya dengan Alkitab, bukan semata-mata karena Alkitab mengingatkan kita, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,” (Ibrani 10:25) tetapi karena dalam rumah Allah, pelayan pilihan Allah mendeklarasikan FirmanNya ke orang-orang sekarat, menjelaskan Kitab Suci, dan meneguhkan pengajaran mereka pada pendengarnya. Dan doa menyemai suatu resolusi hati di dalam mereka yang berdoa, untuk tidak mengabaikan rumah Allah.

Doa memperanakkan kesadaran “senang ke gereja”, hati “cinta gereja”, roh “mendukung gereja”. Adalah orang-orang yang berdoa yang merasa penting menghadiri kotbah Firman; yang senang pembacaanNya; eksposisiNya; yang mendukungNya dengan pengaruh dan harta benda mereka. Doa mengagungkan Firman Allah dan memberiNya penghormatan mulia oleh mereka yang setia dan sepenuh hati berseru pada nama Tuhan. 

Doa menyerap seluruh kehidupannya dari Alkitab, dan tidak memiliki tempat berpijak di luar jaminan Kitab Suci. Eksistensinya dan karakternya terutama sekali bergantung pada wahyu yang dibuat Allah ke manusia dalam Firman suciNya. Doa, selanjutnya, mengagungkan pewahyuan tersebut, dan mengarahkan manusia sesuai Firman itu. Natur, ke-‘harus’-an dan karakter doa yang mengkomprehensifkan semua, berdasar pada Firman Allah.

Mazmur 119 adalah direktori Firman Allah. Dengan tiga atau empat pengecualian, setiap ayatnya mengandung suatu kata yang mengidentifikasi, atau menunjukkan dengan tepat Firman Allah. Sering sekali, sang penulis memecah dalam permohonan, beberapa kali berdoa, “ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.” (Mazmur 119:12) Sebegitunya ia terpesona dengan keajaiban Firman Allah, dan kebutuhan akan Penerangan Ilahi dengan mana melihat dan mengerti hal-hal ajaib yang tertulis di sana maka ia dengan bergairah berdoa:
“Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.” Mazmur 119:18
 Dari permulaan Mazmur ajaib ini sampai penghujungnya, doa dan Firman Allah saling berjalinan satu sama lain. Hampir setiap fasa Firman Allah disinggung oleh sang penulis berilham ini. Sebegitu penuhnya Ia diyakinkan tentang kuasa rohani yang dalam dari Firman Allah, sehingga ia membuat deklarasi ini :
Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Mazmur 119:11
Di sini, pemazmur temukan perlindungan terhadap dosa. Dengan memiliki Firman Allah tersimpan di hatinya; dengan seluruh dirinya sepenuhnya diresapi Firman itu; terbawa seluruhnya di bawah pengaruhnya yang lemah lembut dan menawan, ia dimampukan menjelajahi bumi, aman dari serangan si jahat, dan dibentengi dari kerawanan untuk terbawa ke jalan yang sesat. (Ulangan 27:18)  

Kita dapati, lebih lanjut, kuasa doa untuk menciptakan cinta sejati akan Kitab Suci, dan menaruh di dalam manusia suatu kodrat yang kesenangannya ialah Firman. Dalam kepenuhan kudus ia berseru, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:97) Dan lagi : “Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.” (Mazmur 119:103)

Maukah kita berselera akan Firman Allah?  Maka marilah kita memberi diri kita berdoa kontinu. Ia yang mau punya hati membaca Alkitab, tidak boleh—jangan berani—lupa berdoa. Seorang yang padanya disebut, “kesukaannya ialah Taurat TUHAN,”(Mazmur 1:2) ialah seorang yang bisa sungguh-sungguh berkata, “aku suka mendatangi tempat doa.” Tak ada yang cinta Alkitab, yang tidak cinta berdoa. Tidak ada yang cinta berdoa, yang tidak senang Taurat Tuhan.

Tuhan kita adalah manusia doa, dan Ia memagnifikasi Firman Allah, dengan sering mengutip dari Kitab Suci. Melalui seluruh kehidupanNya di bumi, Yesus menjaga hari Sabat, “senang ke gereja”, dan pembacaan Firman Allah, dan doa berbaur dengan itu semua :
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Lukas 4:16
 Jadi, marilah disebutkan, bahwa tidak ada dua hal yang lebih esensial untuk hidup dipenuhi roh dari pada membaca Alkitab dan doa tersembunyi; tak ada dua hal yang lebih menolong lagi untuk bertumbuh dalam kasih karunia; untuk mendapat suka cita terbesar dari hidup kekristenan; menuju keteguhan seseorang di jalan damai sejahtera abadi. Pengabaian dua tugas maha penting ini, memberi pertanda kurusnya jiwa, hilangnya sukacita, absennya damai sejahtera, keringnya roh, meluruhnya semua hal berkenaan dengan hidup spiritual. 

Mengabaikan hal-hal ini mengaspalkan jalan menuju kemurtadan, dan memberi si jahat keuntungan sedemikian, hingga tak mungkin rasanya ia abaikan. Membaca Firman Allah dengan teratur, dan kebiasaan berdoa di tempat tersembunyi yang Maha Tinggi menaruh seseorang di mana ia benar-benar aman dari serangan musuh jiwanya, dan menjaminnya keselamatan dan kemenangan akhir, melalui kuasa kemenangan Anak Domba. 

Disadur dari bab 13 buku "The Necessity of Prayer"
Karangan E.M Bounds

No comments:

Post a Comment